Ketika
sedang berburu, Eragon, seorang petani muda berusia 15 tahun, menemukan sebuah
telur naga, yang awalnya disangka batu. Dia mengambil “batu” itu dan dibawa ke
desanya Carvahall untuk dijual dan ditukarkan makanan. Tetapi dia tidak
berhasil menjual batu itu, sehingga dia mengembalikan batu itu ke kebun
pamannya Garrow, dan meninggalkan batu itu. Sangat sedikit yang bisa diketahui
tentang orang tuanya. Orang hanya tahu bahwa ibunya bernama Selena, dan, dengan
alasan yang tidak diketahui, meminta adik laki-lakinya membesarkan anaknya
sebagai anaknya sendiri, sebelum akhirnya dia hilang dari kehidupan Eragon
selamanya. Betapa terkejutnya Eragon ketika batu itu kemudian menetas, dan dari
dalamnya keluar seekor naga, Saphira, yang kemudian tumbuh besar dengan cepat.
Rumah
Eragon diserang oleh makhluk yang disebut Ra’zac. Pamannya, Garrow, meninggal
karena luka-luka yang dideritanya. Kemudian, Eragon dan seseorang yang
misterius bernama Brom beserta Saphira kemudian pergi mencari Ra’zac untuk
membalas dendam. Eragon dan Brom diserang dengan tiba-tiba oleh Ra’zac.
Murtagh, seorang laki-laki muda yang kemudian diketahui adalah anak dari
Morzan, menyelamatkan mereka, kemudian menjadi teman Eragon. Murtagh tidak
menyukai ayahnya, yang kejam dan kasar padanya ketika dia kecil.
Meskipun
Murtagh bisa menyelamatkan Eragon, Brom terluka parah akibat serangan Ra’zac
dan meninggal tak lama kemudian. Sebelum meninggal, dia mengatakan pada Eragon
bahwa dia adalah Ksatria Naga sebelum mereka jatuh, dan dia adalah agen Varden.
Beberapa hari kemudian, Eragon diculik dan dimasukkan penjara di Gil’ead, dan
kembali Murtagh menyelamatkannya. Murtagh menembak Durza, makhluk bayangan yang
menculik Eragon, di kepalanya, tetapi Durza menghilang. Kemudian Murtagh
mendapat pelajaran, Shade hanya bisa dibunuh dengan tusukan pada jantungnya.
Ketika melarikan diri, kedua sahabat itu menyelamatkan seorang perempuan elf
bernama Arya, yang karenanya Eragon terganggu mimpi buruk.
Karena
Arya terkena racun, mereka kemudian mencari penawar racunnya. Mereka berjalan
melintasi Gurun Hadarac, dengan diikuti oleh budak-budak dan tentara Urgal.
Mereka kemudian menemukan sarang Varden di dalam cekungan gunung yang dikenal
sebagai Farthen Dur. Tentara Galbatorix menyerang, dan di tengah peperangan itu
Eragon membunuh Durze, tetapi kemudian menemukan bekas luka yang mengerikan di
punggungnya, sesuai dengan cerita Murtagh tentang ayahnya. Ketika dia tidur
dalam upaya penyembuhannya, dia dipanggil oleh sesuatu yang menyebut dirinya
“The Cripple who is Whole”. Dia membimbing Eragon untuk menyelesaikan
latihannya di ibukota elf, Ellesmera.
Eldest
Dalam
peperangan di Farthen Dur, Ajihad, pemimpin Varden terbunuh dalam penyerangan
mendadak yang dilakukan oleh Urgal. Murtagh dan si Kembar (kepala sihir Varden)
dianggap hilang dalam penyerangan tersebut, tetapi kemudian, Eragon akhirnya
mengetahui bahwa si Kembar telah berkhianat dengan merencanakan penyerangan
untuk menculik Murtagh dan membunuh Ajihad. Setelah melakukan sumpah setia pada
Nasuada, anak perempuan Ajihad yang menggantikan ayahnya menjadi pemimpin
Varden, Eragon berkelana ke Ellesmera, ditemani oleh dwarf bernama Orik,
keponakan sekaligus ahli waris raja dwarf, Hrothgar.
Sebelum
pergi, Hrothgar mengajak Eragon ke tempat klannya berada, Durmgrist Ingietum,
memberinya hak penuh sebagai warga dalam komunitas dwarf. Sebagian besar dari
buku ini menceritakan tentang pelatihan yang dijalani Eragon dengan Ksatria
Naga Oromis, yang dikenal dengan Togira Ikanoka (The Cripple who is Whole), dan
usahanya yang tidak berhasil untuk membujuk Arya, yang telah menjadi pemimpin
elf yang baru.
Jiwa
naga menyembuhkan bekas luka Eragon dalam upacara yang disebut Agaeti Blodhren.
Eragon bangun keesokan harinya dengan kemampuan elf yang membuatnya jauh lebih
kuat dan lebih cerdas. Setelah transformasi itu Eragon mengejar Arya sekali
lagi, tetapi kembali ditolak, dan Arya kembali ke Surda keesokan harinya.
Sementara
itu, Roran (sepupu Eragon dan anak dari Garrow) kembali ke Carvahall setelah
mengetahui kematian ayahnya, dan menyadari bahwa dia dicari oleh Galbatorix.
Kehadirannya bahkan membuat seisi kota berada dalam bahaya, akibat serangan
yang dilakukan oleh Ra’zac sehingga banyak penduduk tewas.
Sloan
(ayah Katrina, tunangan Roran) kemudian berkhianat dan menjadi anak buah
Ra’zac, mengakibatkan penculikan Katrina dan Roran hampir terbunuh. Hari
berikutnya, Roran meyakinkan penduduk yang tersisa untuk mengikuti dia untuk
mencari perlindungan di Surda. Roran dan pengikutnya harus melintasi pegunungan
Spine yang berbahaya, menyusuri pesisir barat Alagaesia, dan bergabung dengan
Jeod (teman lama Brom) di kota Teirm. Mereka kemudian berlayar dengan kapal
bajak ke pesisir Selatan untuk menghindari pengejaran Ra’zac dan pasukan
kerajaan.
Eragon
kembali ke Varden untuk membantu mereka ketika waktu peperangan dengan pasukan
Galbatorix sudah dekat. Arya memaafkan Eragon, dan mereka kembali berteman. Tak
lama setelah itu, perang Burning Plains dimulai. Di tengah-tengah peperangan,
ksatria baru, yang kemudian diketahui adalah Murtagh, datang dengan mengendarai
naga merah bernama Thorn. Setelah membunuh Hrothgar, dia menyadari bahwa dia
sekarang menjadi budak Galbatorix dan bersumpah untuk menculik Eragon dan membawanya
dan Saphira kembali ke Galbatorix. Dia akhirnya juga mengetahui bahwa Saphira
adalah naga betina terakhir yang masih hidup, dan itulah yang menjelaskan
Eragon dan Saphira tetap hidup. Murtagh dan Eragon mulai bertarung dan Eragon
sangat terkejut dengan kekuatan yang dimiiki naga muda yang masih belum
berpengalaman itu. Eragon kalah, tetapi dia meyakinkan Murtagh untuk
menafsirkan kembali sumpahnya dan membebaskan mereka. Murtagh setuju, tapi
kemudian mengungkap bahwa mereka sebenarnya bersaudara dan Eragon juga anak
dari laki-laki paling jahat yang masih hidup, Morzan – hal yang sangat
mengejutkan bagi Eragon dan membuatnya sakit hati.
Pada
peperangan itu juga, pengkhianatan si Kembar terungkap ketika mereka terlihat
berada pada kubu kerajaan, dan membunuh banyak sahabat dan saudara mereka yang
membela kubu Varden. Kedatangan Roran, Jeod dan para penduduk desa memberi
kesempatan pada Roran untuk membunuh si Kembar, sehingga peperangan dimenangkan
oleh Varden.
Setelah
melaporkan pada atasannya, Eragon menjelaskan kisah Saphira secara lengkap pada
Roran, meminta maaf atas kematian ayah dan paman mereka. Cerita pada buku ini
berakhir dengan janji Eragon untuk menemani Roran membebaskan Katrina.
Brisingr
Eragon,
Roran dan Saphira pergi ke Helgrind, gunung tempat tinggal Ra’zac dimana
Katrina ditawan. Mereka memasuki gunung, menyelamatkan Katrina, dan membunuh
satu Ra’zac; tetapi Eragon diam-diam menemukan Sloan, yang telah disiksa dan
dibutakan agar dia mau memberi informasi, tetapi dia tahu dia tidak bisa membunuh
Sloan. Eragon kemudian mengatakan pada Roran dan Katrina bahwa Sloan sudah
mati, kemudian meminta Saphira untuk membawa mereka kembali ke Varden. Eragon
tetap di Helgrind untuk membunuh Ra’zac yang tersisa dan menyelamatkan Sloan.
Ra’zac terakhir menawarkan kesepakatan dengan Eragon, memberi informasi bahwa
Galbatorix hampir menemukan “the name”, sebagai gantinya dia minta memori
sebagai Ra’zac, monster bagi mimpi buruk kemanusiaan, tetap hidup. Eragon
menolak kesepakatan itu, dan membunuhnya. Kemudian, ketika mempertimbangkan
tindakan apa yang harus dilakukan kepada Sloan, dia menemukan nama asli Sloan,
sehingga mendapatkan kekuatan besar atas Sloan, dan mengakibatkan Sloan
kesakitan yang tidak bisa menahan terbukanya rahasia siapa dia sebenarnya. Setelah
berkonsultasi dengan Ratu elf Islanzandi, Eragon memutuskan untuk memantrai
Sloan sehingga dia bisa mendapatkan perlindungan dari para elf, jika akhirnya
dia tidak bisa bertemu dengan Katrina lagi dan memberi kesempatan padanya untuk
memperbaiki jalan hidupnya; daripada membunuhnya karena pengkhianatan yang
dilakukannya. Jika dia melakukan itu, para elf setuju untuk mengembalikan
penglihatannya.
Arya,
yang pergi mencari Eragon setelah dia tidak berhasil kembali bersama yang
lainnya, bertemu Eragon di kota Eastcroft dan menemaninya ke Varden, dimana
Roran dan para penduduk Carvahall yang tidak merasa aman lagi di Sudra
bergabung untuk berperang.
Roran
memberi Eragon informasi bahwa dia dan Katrina akan menikah, dan Katrina sedang
hamil. Pada hari pernikahan, satu pasukan kecil yang terdiri dari 300 prajurit
dari kerajaan, termasuk di dalamnya Murtagh dan Thorn, menyerang Varden.
Kembali, Murtagh terlihat dominan dengan tenaga supernatural yang
mengelilinginya, tetapi Eragon, Arya dan 12 penyihir elf bisa menggabungkan
kekuatan mereka dan bisa mengalahkan Murtagh; dia melarikan diri tapi berjanji
akan kembali dengan kekuatan yang lebih besar lagi. Orrin, raja Sudra, dan
pasukannya, kemudian pergi untuk menghancurkan pasukan musuh, tetapi menemui
kenyataan bahwa pasukan itu ternyata imun terhadap rasa sakit, dan bisa
menanggung luka yang paling parah sekalipun dan tidak mati: hanya pemenggalan
leher yang bisa menghentikan mereka. Pernikahan Roran dan Katrina akhirnya bisa
dilanjutkan.
Nasuada
memerintahkan Eragon untuk menghadiri pemilihan raja elf yang baru sebagai
anggota Durgrimst Ingeitum, Saphira disembunyikan untuk berjaga-jaga terhadap
usaha penyerangan Murtagh. Eragon bergabung kembali dengan Orik, ketua klan
Durgrimst Ingeitum yang baru. Percobaan pembunuhan terhadap Eragon dilakukan
oleh klan yang menunjukkan kebencian pada Eragon dan Saphira. Orik berhasil
menyingkirkan pemimpin klan yang mengomando penyerangan dan akhirnya terpilih
sebagai raja baru. Kemudian Saphira datang ke Tronjeim, dimana dia dan Eragon
kembali bersatu.
Pada
saat yang sama, Roran terlibat dalam banyak usaha penyerangan yang dilakukan
Varden terhadap kerajaan, yang semuanya bisa mereka lakukan dengan baik.
Tetapi, pada peperangan yang kedua kalinya, dia ditempatkan pada jenderal yang
tidak kompeten, Edric, yang memerintahkan penyerangan terhadap pasukan yang
jauh lebih besar jumlahnya daripada Varden sehingga mengakibatkan banyak
kematian dan kekalahan. Roran menolak perintah tersebut, dan melakukan rencana
lain sehingga menyelamatkan sebagian besar dari pasukannya dan bisa
menghancurkan kekuatan musuh (Roran sendiri membunuh hampir 200 pasukan musuh).
Tetapi akibat penolakan itu, Roran kemudian dihukum lima puluh cambukan.
Kemudian, Nasuada menemuinya, meminta maaf dan menjelaskan pentingnya penegakan
aturan, dan menginformasikan bahwa Edric telah diturunkan dari jabatannya, dan
meminta Roran untuk menjadi pemimpin semua pasukan. Urgal memandang rendah
keputusan itu. Mereka telah bergabung sebelum Perang Burning Plains tetapi aliansi
itu akhirnya terpecah karena kedua pihak saling tidak mempercayai. Roran harus
bertempur dengan salah satu Urgal untuk menegaskan otoritasnya agar mereka
tunduk; dan dia menang. Urgal tidak lagi mempertanyakan kepemimpinannya, dan
kemudian, bertempur di sampingnya pada peperangan Feinster.
Eragon
dan Saphira kembali ke Ellesmera untuk menyempurnakan training mereka. Disana,
Eragon mengetahui bahwa Brom, mentornya terdahulu, adalah kekasih Selena,
ibunya dan ayah Eragon yang sebenarnya. Mereka saling jatuh cinta dan bekerja
bersama-sama untuk menjatuhkan Morzan, tangan kanan Galbatorix dan kekasih
Selena sebelumnya. Hari berikutnya, Eragon diberi tahu sumber kekuatan
Galbatorix: yaitu Eldunari, organ menyerupai permata yang mengandung
jiwa/kesadaran naga. Glaedr menjelaskan bahwa Galbatorix mengontrol ratusan
Eldunari, yang diambil dari naga yang dibunuhnya pada saat dia meruntuhkan
kekuasaan ksatria naga. Itu kemudian menjadi sumber kekuatannya, dan nampaknya
itu juga yang terjadi pada Murtagh. Eragon membuat pedang baru untuk dirinya
sendiri, dengan petunjuk dari Rhunon, sang pandai besi. Eragon memberi nama
pedangnya “Brisingr”, yang bisa mengeluarkan api setiap kali Eragon megucapkan
kata itu.
Glaedr
memberikan Eldunari-nya pada Eragon dan Saphira, yang kemudian pergi untuk
membantu pengepungan Varden di Feinstein, salah satu kota kerajaan. Oromis dan
Glaedr bergabung dengan elf di Gil’ead.
Eragon
dan Saphira bergabung dalam pengepungan, dimana mereka bertemu kembali dengan
Arya. Mereka bertemu dengan pemimpin Feinster, Lady Lorana yang dipaksa tunduk
pada Galbatorix. Dia meminta bantuan Eragon dan Arya untuk menghentikan
penyihir Feinster yang terus menciptakan Shade. Arya membunuh Shade dengan
bantuan Eragon. Karena Lorana sudah menyerah, pengepung menang. Selama
pengepungan, jiwa Glaedr mengirimkan pengalamannya pada Eragon. Dalam
peperangan melawan Thorn dan Murtagh, Oromis dan Glaedr terbunuh, tetapi
eksistensi Glaedr terus ada dalam Eldunari yang dibawa Eragon. Setelah
peperangan, Eragon memberitahukan eksistensi Eldunari dan kematian Oromis pada
Nasuada, ketergantungan Galbatorix pada Eldunari, sekaligus kelemahannya jika
tidak memiliki itu. Nasuada memberitahu Eragon tentang rencana Varden untuk
menaklukkan Belatona, kemudian ke Dras-Leona, kemudian ke Uru’baen, dimana
mereka akan membunuh raja. Eragon merasa kehilangan karena mentornya sudah
tidak ada, tetapi merasa tenang karena Galbatorix mempunyai setidaknya satu
kelemahan yang bisa mereka manfaatkan ketika mereka bertempur.
Inheritance
Beberapa waktu lalu,
Eragon––Shadeslayer, Penunggang Naga––bukanlah siapa-siapa, hanya bocah petani
miskin. Naganya, Saphira, cuma batu biru di hutan. Sekarang, nasib seluruh umat
manusia berada di tangan mereka.
Latihan dan pertempuran selama
berbulan-bulan yang panjang membawa kemenangan dan harapan, tapi juga duka
mencekam. Namun, pertempuran yang sesungguhnya belumlah terjadi: mereka harus
berhadapan dengan Galbatorix. Mereka mesti cukup kuat untuk mengalahkannya. Dan
kalau mereka tidak mampu, berarti yang lain tidak punya peluang.
sumber:
http://momsbuzz.blogspot.com/search/label/Novel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar